Safari Tarhim PCNU Putaran Ketiga, Perkuat Akhlak UmMat dengan Meneladani Akhlak Nabi

Photo of author

By Wahidin

Salatiga, 12 Maret 2025 – Safari Tarhim putaran ketiga yang diselenggarakan oleh Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Salatiga berlangsung khidmat di Masjid Al Barokah, Pamot, Noborejo. Acara ini dihadiri oleh ratusan jamaah yang datang untuk mengikuti rangkaian kegiatan ibadah dan tausiyah.

Acara diawali dengan pembacaan ayat-ayat suci Al-Qur’an, dilanjutkan dengan menyanyikan Indonesia Raya dan Sholawat yang dipimpin oleh para hadirin. Setelah itu, acara memasuki sesi sambutan. Ketua Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWC NU), Bpk. Kyai Kasmir Mursofa, menyampaikan pesan tentang pentingnya menjaga ukhuwah Islamiyah dan meneruskan perjuangan dakwah para ulama. Sambutan berikutnya disampaikan oleh Ketua PCNU Kota Salatiga, Dr. KH. Muhammad Quro Ma’ruf, M.Ag, yang menegaskan bahwa Safari Tarhim bukan hanya tradisi keagamaan, tetapi juga bentuk nyata kepedulian NU terhadap umat.

Alhamdulillah, kami sangat bersyukur dan berbahagia atas kehadiran para tamu dari kota yang sudi berkunjung ke tempat kami di desa ini. Kehadiran panjenengan semua adalah sebuah kehormatan bagi kami, sekaligus menjadi penyemangat untuk terus berkhidmah kepada umat dan NU. Kami berharap, kunjungan ini membawa manfaat, mempererat silaturahmi, serta semakin menguatkan semangat kebersamaan dalam berjuang demi agama, bangsa, dan negara. Mugi-mugi barokah lan manfaat. Amin.

Memasuki inti acara, KH. Murtadho Al Bisri, M.Ag dari Pulutan menyampaikan Mauidhoh Hasanah dengan membawakan kisah inspiratif dari Nabi Muhammad SAW. Salah satu kisah yang disampaikan adalah bagaimana Sayyidina Abu Bakar As-Siddiq ingin mengikuti sunnah Rasulullah setelah wafatnya beliau. Abu Bakar kemudian menemui Aisyah, putri Rasulullah, dan bertanya tentang kebiasaan yang selalu dilakukan oleh Baginda Nabi.

Aisyah pun mengungkapkan bahwa salah satu kebiasaan Rasulullah adalah menyuapi seorang kakek buta yang selalu mencaci maki beliau tanpa menyadari siapa yang menyuapinya. Abu Bakar lalu berusaha melanjutkan amalan tersebut. Namun, sang kakek merasakan perbedaan cara penyuapan dan bertanya, “Siapa engkau? Orang yang biasa menyuapiku selalu lembut dan penuh kasih sayang.”

Dari kisah ini, kita belajar bahwa sunah Rasulullah bukan hanya tentang ibadah lahiriah seperti shalat dan puasa, tetapi juga tentang bagaimana kita berbuat baik kepada sesama. Nabi telah wafat, tetapi akhlaknya harus tetap hidup dalam diri kita. Jika Rasulullah masih ada, apa yang akan beliau lakukan kepada orang-orang di sekitar kita? Akankah beliau membalas kebencian dengan caci maki? Tidak. Beliau akan tetap membalas dengan kelembutan.

etika diberitahu bahwa orang yang selama ini menyuapinya adalah Nabi Muhammad SAW, sang kakek menangis tersedu-sedu. Ia pun akhirnya bersyahadat dan masuk Islam setelah mengetahui bahwa Nabi yang selama ini ia hina adalah sosok penuh kasih yang menyuapinya dengan kelembutan.

Safari Tarhim ditutup dengan penyerahan sertifikat dari LWP NU kepada PC. MWC, serta doa bersama yang dipimpin oleh Mbah Ucul, memohon keberkahan dan kelancaran bagi seluruh peserta.

Rangkaian acara Safari Tarhim ini diharapkan dapat semakin memperkuat ukhuwah Islamiyah dan menghidupkan kembali nilai-nilai sunnah Rasulullah dalam kehidupan sehari-hari.